Sabtu, 27 Mei 2017

Kisah Seorang Teman

Kisah ini biasa saja. Dari seorang teman.


Entah dengan tujuan apa, akhirnya mereka berdua bertemu. Yang pasti dengan sebuah rencana indah dari semesta. Mereka berdua yang belum pernah bertemu bahkan tidak saling tahu. Bersyukur karena inisiatif itu memang milik pria dan dilakukanlah perkenalan itu. Mereka pertama kali bertemu dalam dunia maya pada tanggal 7 di bulan yang keempat. Karena sudah tahu dari pengalaman dan cerita banyak orang, si wanita paham dunia maya seperti apa bahkan bertemu dengan orang yang baru itu bagaimana.


Mereka berpindah dari satu satu media sosial ke media sosial yang lain. Akhirnya intensitas percakapan mereka meningkat. Sang pria berinisiatif melancarkan strategi dengan cara yang elegan menurut pandangan sang wanita. Karena sang wanita menyukai buku, ilmu pengetahuan dan menulis, sang pria mengambil hati melalui cara itu. Dan sungguh sang wanita telah jatuh hati padanya.


Mereka bertemu secara nyata di siang menjelang sore dengan keadaan yang tidak ada persiapan. Mereka bertemu beberapa menit setelah sang kakek dari sang wanita dimakamkan. Pertemuan itu cukup bahkan sangat membekas bagi sang wanita. Dia memang sudah jatuh hati. Ditambah dengan mimpi terbesar sang pria yang dibagikan, sang wanita meraka bahwa visi hidup mereka bersinggungan. Oh tidak, kata orang mimpi mereka malah saling melengkapi!
Terlalu singkat sebenarnya untuk sebuah rasa yang dinamakan cinta. Terlalu singkat untuk mengambil komitmen. Terlebih setelah pertemuan itu entah mengapa dari sudut pandang sang wanita, sang pria mengambil jarak. Pikir sang wanita, mungkin karena kesan pertama memang tidak sesuai ekspektasi. Namun, sang wanita mencoba untuk berpikir positif bahwa sang pria sedang undur sebentar untuk mengambil keputusan. Untuk memutuskan.


Sang wanita terbilang sangat mudah luluh dengan perlakuan sang pria ini. Karena buat sang wanita, pria ini lah yang menaruh secercah harapan bagi sang wanita. Pria ini telah berhasil membuat sang wanita berani untuk jatuh hati lagi. Karena sang wanita pernah terluka namun ketika mereka bertemu sebenarnya sang wanita sudah pulih. Sang wanita tahu pasti prinsip bahwa hubungan yang baru tidak boleh didasari dengan hubungan lama yang belum terselesaikan. Bahkan luka lama yang belum sembuh pun tak boleh. Jadi, benar-benar harus sembuh dan pulih untuk masuk ke hubungan yang baru.
Sang pria belum pernah tahu tentang hal ini. Tentang bagaimana sang wanita kerap bertemu dengan sang pria di dalam mimpinya. Tentang bagaimana sang wanita sangat ingin mengenal teman barunya ini sehingga hampir-hampir saja semua akun di media sosial sang pria diketahui oleh sang wanita. Sang pria tidak tahu bahwa sang wanita pernah bermimpi bahwa mereka akan menikah meski itu terlalu cepat dan dini. Sang pria belum tahu bahwa di tengah rasa sayang sang wanita terhadapnya, sang wanita sudah siap untuk melepaskannya. Sang wanita siap jika memang Komandan kehidupan mengatakan untuk tinggalkan. Meski sang wanita belum tahu alasan semesta mempertemukan mereka.
Hanya sang wanita yang entah bodoh atau bagaimana itu masih berharap bahwa mereka akan bertemu. Sang wanita masih berharap bahwa pada hari ulang tahunnya, sang pria akan datang dan membawakan kejutan. Entahlah mungkin itu harapan yang tidak berdasar bagi sang wanita. Namun bukankah bapa Abraham pun tetap berharap bahkan ketika keadaan terlihat tidak memungkinkan sesuatu yang baik terjadi?


Sang wanita ternyata kerap meminta agar Sang Khalik mengaruniakan pertobatan bagi sang pria. Sang wanita melihat begitu banyaknya hal baik yang dimiliki sang pria. Sang wanita hanya berharap jika dia tidak dibersamakan dengan pria itu, setidaknya pria itu akan menjadi lebih siap dan lebih baik ketika dia memang sudah menghidupi Juru Selamatnya.


Itu kisah romansa singkat seperti yang dituturkan oleh seorang sahabat kepadaku. Aku tak tahu kenapa dia tiba-tiba datang dan menceritakan kisah asmara yang sebenarnya ini bagian yang sangat jarang dia bagikan itu. Kisah ini memang biasa. Banyak orang mengalaminya. Tapi entah bagaimana aku belajar dari prinsipnya yang tetap berpikiran positif terhadap apa pun. Aku belajar darinya untuk rela melepaskan bahkan untuk hal yang paling aku sayang jika memang dikehendaki oleh Penguasa Hidup.
Ah teman, terima kasih untuk kisahmu. Aku hanya bisa berdoa agar kelak semua relasi yang ditandaskan kebenaran akan berakhir bahagia. Jika memang belum bahagia, berarti kisahnya belum berakhir. Aku menunggu apakah kisah itu akan berlanjut pada muara yang mana. Aku menanti.
Salam dariku yang hanya bisa menjadi pendengar saja.

Senin, 15 Mei 2017

Mengampuni: Sebuah Harga yang Cukup Mahal

When deep injury is done to us, we never heal until we forgive.


Mengampuni. Berapa banyak artikel yang sudah dituliskan untuk membahasnya, untuk menolong orang-orang agar tidak terpenjara dalam sakit hatinya. Namun seolah banyaknya artikel atau tulisan yang ditelurkan itu berbanding lurus dengan banyaknya orang yang mengalami sakit hati lalu enggan untuk mengampuni.


Sebenarnya apa yang membuat kita sulit melepaskan pengampunan? Buatku pribadi adalah karena rasa luka itu terlalu nyata. "Enak saja maafin dia. Dia yang mulai duluan masa aku yang harus maafin", manusiawi ku berargumen. Perih rasanya luka sakit hati itu. Tapi aku pernah mendengar bahwa sebenarnya sakit hati itu adalah pilihan kita. Respon kita terhadap sesuatu yang sedang terjadi pada diri kita. Jadi sebenarnya kalau aku sakit hati, itu adalah pilihan ku sendiri. Dan bodoh sih sebenarnya kalau aku marah-marah karena aku sakit hati. Aku punya pilihan untuk melupakan atau memberi respon yang lain. Sakit hati itu juga muncul karena kita (aku) terlalu berharap akan sesuatu atau seseorang. Terlalu tinggi sehingga ketika yang terjadi tidak selaras dengan ekspektasi maka ya gigit jari sambil uring-uringan.


Aku pernah harus membayar cukup mahal hanya untuk belajar mengampuni. Pengalaman beberapa tahun lalu yang pastinya selalu aku bagikan jika sedang berbicara soal pengampunan.
Aku pernah masuk IGD dan divonis dokter menderita gejala depresi. Suatu sore ketika sendirian di kontrakan, aku entah bagaimana merasakan ada sesuatu yang bergelora di dalam alam roh. Aku mencoba untuk berdoa meminta damai sejahtera. Namun ternyata perasaan tidak nyaman itu membawaku ke alam perang roh. Dan karena aku tidak siap maka aku kalah. Aku terus menangis tanpa henti. Badanku lemas. Namun kata orang-orang yang menolongku badanku dingin dan sangat kaku. Aku dilarikan ke sebuah rumah sakit. Dan ya akhirnya dokter bilang aku menderita gejala depresi. Mungkin. Tapi aku merasa tidak sedang dalam tekanan sesuatu yang benar-benar menindihku berat.
Lalu seorang ibu rohaniku datang dan mendoakanku. Beliau hanya bertanya "adakah sesuatu yang belum kamu ampuni?". Keras aku berpikir. Dan ternyata aku saat itu belum sepenuhnya mengampuni sahabatku. Seseorang yang mengatakan tidak butuh kepedulianku terhadap hidupnya.


Lalu aku mengampuninya setelah bergumul cukup hebat. Ketika aku memilih untuk membiarkan rasa sakit ku yang nyata itu hilang, aku pulih. Aku sembuh. Berat rasanya mengampuni tapi ternyata aku membebaskan seorang tahanan ketika aku mengampuninya. Dan tahanan itu adalah diriku sendiri. Hidupku terasa ringan. Tak perlu lagi aku menyingkir ketika bertemu dengan orang yang telah melukai hatiku. Tidur malam ku kembali berkualitas. Kesehatan ku mulai membaik. Percaya tidak percaya bahwa ketika kamu tidak mengampuni, itu berdampak pada kesehatanmu: kesehatanmu menurun. Pikiranmu tidak tajam.


Jadi benar, jika luka yang sangat dalam itu digoreskan pada kita, kita tidak akan sembuh kalau saja kita tidak mengampuni. Ampunilah! Ketika Sang Khalik mengajari untuk mengampuni, lakukan saja. Maka kami tidak akan perlu membayar harga yang mahal untuk belajar melakukannya. Aku sudah pernah menjadi orang yang tidak taat dan harganya sangat mahal (karena aku harus merogoh sakuku untuk masuk IGD, maklum mahasiswa perantauan di akhir bulan).


Taat saja.

Kamis, 04 Mei 2017

The Male's God-given Companion

Female is someone who will solve the male's aloneness.
Adam didn't go looking for a wide. She was God's idea for him. Adam was so busy doing what God had told him to do that he didn't even know he needed a woman. God had to tell him "Man, it's not good for you to be alone". Note that God didn't say Adam was lonely. There's a difference between 'being line's and 'being lonely'. Being alone can be healthy but loneliness is a disease.


Eve was God's idea for Adam.
Adam was so together as a man that he didn't even know he was alone. He was busy obeying God's Word: he was so occupied with dominating, ruling and subduing: he was so lost in what he was doing that he didn't know he needed somebody. But most of us do the reverse. We don't have time for God because we're busy trying to find a mate.


Some people run from church to church looking for a spouse. They don't go to church to worship God: instead, they walk around checking out the opposite sex.


They're supposed to be getting themselves together so they can be ready for the one whom God is preparing for them. Become so preoccupied and consumed by God that you don't walk around with a passion that's looking for a place to happen. Adam was so prepared for Eve that when he saw her, all he said was "Wooooo-man!".


He didn't go looking for her. Become like Adam -got lost in the garden of God's righteousness. Get lost in God, because when He brings you a spouse, you had better understand His ways. Adam was so busy following the command of God that, when his mate came along, he was ready, and it was the right time for him.


Source: Understanding The Power and Purpose of Men


Rabu, 03 Mei 2017

R E L A S I (Part 1)

Baik buruknya relasi bergantung pada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Jika ingin memiliki sebuah relasi yang berkualitas, tentunya orang yang terlibat di dalamnya adalah orang yang berkualitas (memiliki kualitas untuk mau terus belajar). Karena apa saja yang ingin kita kuasai, kita harus pelajari. Termasuk relasi. Kita tidak lantas tahu bagaimana berelasi dengan orang jika kita bertambah usia. Banyak orang bilang "ah nanti kalo udah gedhe pasti tahu sendiri". Menjadi tua, seseorang tidak otomatis tahu. Karena menjadi tahu diperlukan proses belajar. 

 

Relasi dan rumah. 
 
Kita tentu punya banyak kenalan. Dan mereka disebut sebagai orang di halaman. Yang siapa saja boleh masuk ke halaman itu. Lalu di rumah kita juga punya ruang tamu. Dimana dari sekian banyak kenalan itu, hanya beberapa orang yang menjadi teman kita. Di sini kita masih mempertahankan penampilan, tata bahasa dan sebagainya. Selanjutnya ada ruang makan. Ruangan dimana kita mengundang sahabat kita untuk datang dan bersantap bersama. Ruangan ini lebih santai. Kita akan tetap makan bersama sahabat sekalipun kita sedang memakai celana pendek. Berbeda dengan ruangan tamu yang tidak mungkin akan mengenakan celana kolor ketika menerima tamu. Di sini bisa. Suasana lebih luwes. Dan tidak banyak orang uang kita izinkan masuk ke ruang makan. Jumlah orang uang kita izinkan masuk ke ruangan yang semakin privat semakin sedikit. Dan ruangan terakhir adalah ruang tidur. Kita hanya mengizinkan satu orang saja untuk masuk. Tidak sembarang orang boleh masuk. Begitu juga dengan relasi. Kita hanya akan dan boleh mengizinkan satu orang saja yang memang sudah dipilih sedemikian rupa untuk masuk ke dalamnya. 
 
Memilih seseorang untuk menjadi orang yang special tentu tidak mudah. Karena itu adalah sebuah pilihan penting kedua setelah siapa yang kamu sembah. Ada 3 hal yang bisa menolong kita untuk memilih orang yang tepat. 
 
1. Cek level spiritual.
Tentunya kita mengharapkan berdampingan dengan seseorang yang membuat kita menjadi lebih baik secara rohani maupun jasmani. Kita perlu mengecek apakah orang yang akan kita bawa lebih dalam ke sebuah relasi itu memiliki manual book yang sama. Kita sebagai ciptaan tentunya ditinggali sebuah manual book sebagai petunjuk. Apakah sama? Apakah orang tersebut membacanya setiap hari? Atau justru seminggu sekali, sebulan sekali atau bahkan dia tidak tahu manual book nya yang seperti apa. Bagaimana dengan prinsip-prinsip yang dibahas di manual book? Apakah ada yang tidak dia lakukan? 

2. Cek soul level
Marriage is like one way ticket. So go for the best place you want. Perlu untuk menanyakan tujuan hidupnya. Dia hidup untuk apa, kemana. Karena pastinya kita tidak akan berjalan bersama dengan orang yang arah tujuan hidupnya berlawanan. Tanya apa mimpinya. Jika belum menemukan tujuan hidupnya, dia belum layak untuk masuk ke relasi uang serius. Karena dia akan sangat mudah terganggu. He will easily to be distributed. 
 
After knowing that we go in the same direction, ask yourself: do you wanna go to the best place with him and enjoying that place with him for undefined time?
 
Kita tidak perlu menikah untuk memenuhi tujuan hidup karena kita sudah utuh (jika relasi dengan Sang Khalik sudah baik). Tapi memang tidak baik seorang manusia itu hidup alone. All in one. Menikah itu adalah keputusan Adam. Tuhan tidak pernah menyuruh Adam menikahi Hawa. Itu keputusan Adam. 
Cek karakternya dan temperamen nya. Cek baggage yang dia bawa; masa lalunya, latar belakangnya dan sebagainya. Karena itu semua akan sangat bisa untuk menjadi sumber percek-cokan.
 
Cek juga teman-temannya. Ketika dating jangan private. Kita butuh orang-orang sekitar untuk menjaga kita tetap objektif. Kita membutuhkan mereka untuk menolong kita. Private is only for marriage. Be open. Ask. 

3. Cek fisiknya tanpa melakukan hubungan sebelum menikah.
Cek bagaimana penampilannya. Cek bagaimana kondisi fisiknya. Apakah kita akan baik-baik saja dengan buta warna yang dia bawa? Apakah kita tidak masalah dengan fisiknya yang semampai (semester tak sampai)? Dan sebagainya. 

Well, bagaimana dengan orang yang dengannya Anda sedang berelasi? Semoga dia yang terbaik. Untuk yang belum menemukan dan ditemukan, tetap upgrade diri Anda. Karena, the best is yet to come. 



Source:
Dating by Ps. Jeffrey S. Rachmat
Relationship Matter by Ps. Jose Carol