Kisah ini biasa saja. Dari seorang teman.
Entah dengan tujuan apa, akhirnya mereka berdua bertemu. Yang pasti dengan sebuah rencana indah dari semesta. Mereka berdua yang belum pernah bertemu bahkan tidak saling tahu. Bersyukur karena inisiatif itu memang milik pria dan dilakukanlah perkenalan itu. Mereka pertama kali bertemu dalam dunia maya pada tanggal 7 di bulan yang keempat. Karena sudah tahu dari pengalaman dan cerita banyak orang, si wanita paham dunia maya seperti apa bahkan bertemu dengan orang yang baru itu bagaimana.
Mereka berpindah dari satu satu media sosial ke media sosial yang lain. Akhirnya intensitas percakapan mereka meningkat. Sang pria berinisiatif melancarkan strategi dengan cara yang elegan menurut pandangan sang wanita. Karena sang wanita menyukai buku, ilmu pengetahuan dan menulis, sang pria mengambil hati melalui cara itu. Dan sungguh sang wanita telah jatuh hati padanya.
Mereka bertemu secara nyata di siang menjelang sore dengan keadaan yang tidak ada persiapan. Mereka bertemu beberapa menit setelah sang kakek dari sang wanita dimakamkan. Pertemuan itu cukup bahkan sangat membekas bagi sang wanita. Dia memang sudah jatuh hati. Ditambah dengan mimpi terbesar sang pria yang dibagikan, sang wanita meraka bahwa visi hidup mereka bersinggungan. Oh tidak, kata orang mimpi mereka malah saling melengkapi!
Terlalu singkat sebenarnya untuk sebuah rasa yang dinamakan cinta. Terlalu singkat untuk mengambil komitmen. Terlebih setelah pertemuan itu entah mengapa dari sudut pandang sang wanita, sang pria mengambil jarak. Pikir sang wanita, mungkin karena kesan pertama memang tidak sesuai ekspektasi. Namun, sang wanita mencoba untuk berpikir positif bahwa sang pria sedang undur sebentar untuk mengambil keputusan. Untuk memutuskan.
Sang wanita terbilang sangat mudah luluh dengan perlakuan sang pria ini. Karena buat sang wanita, pria ini lah yang menaruh secercah harapan bagi sang wanita. Pria ini telah berhasil membuat sang wanita berani untuk jatuh hati lagi. Karena sang wanita pernah terluka namun ketika mereka bertemu sebenarnya sang wanita sudah pulih. Sang wanita tahu pasti prinsip bahwa hubungan yang baru tidak boleh didasari dengan hubungan lama yang belum terselesaikan. Bahkan luka lama yang belum sembuh pun tak boleh. Jadi, benar-benar harus sembuh dan pulih untuk masuk ke hubungan yang baru.
Sang pria belum pernah tahu tentang hal ini. Tentang bagaimana sang wanita kerap bertemu dengan sang pria di dalam mimpinya. Tentang bagaimana sang wanita sangat ingin mengenal teman barunya ini sehingga hampir-hampir saja semua akun di media sosial sang pria diketahui oleh sang wanita. Sang pria tidak tahu bahwa sang wanita pernah bermimpi bahwa mereka akan menikah meski itu terlalu cepat dan dini. Sang pria belum tahu bahwa di tengah rasa sayang sang wanita terhadapnya, sang wanita sudah siap untuk melepaskannya. Sang wanita siap jika memang Komandan kehidupan mengatakan untuk tinggalkan. Meski sang wanita belum tahu alasan semesta mempertemukan mereka.
Hanya sang wanita yang entah bodoh atau bagaimana itu masih berharap bahwa mereka akan bertemu. Sang wanita masih berharap bahwa pada hari ulang tahunnya, sang pria akan datang dan membawakan kejutan. Entahlah mungkin itu harapan yang tidak berdasar bagi sang wanita. Namun bukankah bapa Abraham pun tetap berharap bahkan ketika keadaan terlihat tidak memungkinkan sesuatu yang baik terjadi?
Sang wanita ternyata kerap meminta agar Sang Khalik mengaruniakan pertobatan bagi sang pria. Sang wanita melihat begitu banyaknya hal baik yang dimiliki sang pria. Sang wanita hanya berharap jika dia tidak dibersamakan dengan pria itu, setidaknya pria itu akan menjadi lebih siap dan lebih baik ketika dia memang sudah menghidupi Juru Selamatnya.
Itu kisah romansa singkat seperti yang dituturkan oleh seorang sahabat kepadaku. Aku tak tahu kenapa dia tiba-tiba datang dan menceritakan kisah asmara yang sebenarnya ini bagian yang sangat jarang dia bagikan itu. Kisah ini memang biasa. Banyak orang mengalaminya. Tapi entah bagaimana aku belajar dari prinsipnya yang tetap berpikiran positif terhadap apa pun. Aku belajar darinya untuk rela melepaskan bahkan untuk hal yang paling aku sayang jika memang dikehendaki oleh Penguasa Hidup.
Ah teman, terima kasih untuk kisahmu. Aku hanya bisa berdoa agar kelak semua relasi yang ditandaskan kebenaran akan berakhir bahagia. Jika memang belum bahagia, berarti kisahnya belum berakhir. Aku menunggu apakah kisah itu akan berlanjut pada muara yang mana. Aku menanti.
Salam dariku yang hanya bisa menjadi pendengar saja.