Langitku menjadi abu-abu, padahal mentari masih menari di atas kepala. Dan hujan terjadi, hanya membasahi mata dan pipiku. Kepalaku mendadak terasa pening dan hangat, malah panas mungkin. Sekujur tubuhku menjadi berkeringat seolah aku baru saja berolahraga. Tidak. Aku hanya berdiam diri di ujung ruang.
"My life's broken. I don't even know my path. Where I am? The storm's breaking me".
Hujan semakin deras. Hampir membuat tersedak. Karena nyatanya memang hampir jadi puing dan hilang harapan.
"You're God. You're good. For all the time. All the time You're good". Semakin lama semakin tak sanggup melanjutkan pengakuan berbalut harapan itu.
"Darimana datangnya pertolonganku?"
"... pertolonganku dari Tuhan Allah yang menciptakan langit dan bumi yang kasih setiaNya tetap untuk selama-lamanya dan yang tidak pernah meninggalkan perbuatan tanganNya".
Aku membaringkan diri dan jantungku berdetak. Aku menyukai mendengar iramanya. Entah mulai dari kapan, aku memang menyukai diam dalam pelukan dan menyedengkan telinga untuk mendengar jantung bernyanyi.
Lalu, aku merasa aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar