Rabu, 19 April 2017

No? Maybe not rejection but re-direction.

No?

Maybe it is not rejection. Maybe that's re-direction. 
 
Setidaknya itu adalah pelajaran yang sangat berharga. Untuk memahaminya saja, aku butuh waktu 24 bulan. Sesuatu yang aku anggap 'iya' tapi ternyata Sang Khalik berkata yang lain. 
 
Patah. Sedih. Kecewa. Sakit. Dan semua kata dalam segala macam bahasa yang memiliki makna seirama. Seolah rejection.
 
Legowo menerima 'no' bukan hal yang mudah. Tapi mau tidak mau, ketaatan itu harus dikerjakan. Menyelesaikan sesuatu yang disebut konflik batin. Lalu melepaskan pengampunan pada orang yang menurut daging kita, dia lah yang menyebabkan datangnya rasa yang tidak menyenangkan itu. Kemudian...
 
Tak lama, atau mungkin cukup lama, aku dibawa ke sebuah kenyataan yang menurut orang-orang aku pantes mendapatkannya. Setidaknya, mengenal nya. Lebih dari yang pernah hilang. Lebih indah. Kuanggap re-direction. Awalnya seolah kami berjalan dengan mimpi yang bersinggungan. Teman ku menilai bahwa mimpi kami justru lebih dari sekedar bersinggungan. Mimpi kami saling melengkapi. Justru hal-hal yang seperti ini yang membuatku harus siaga. Karena realitas harus diizinkan terjadi. 
Ah aku jadi ingat sebuah kalimat yang dulu-dulu sering aku ucapkan pada temanku. "Apa yang bisa dilakukan manusia selain bersiap untuk apa pun. Sekalipun kemungkinan terburuk". Dia tidak jauh. Namun ternyata jauh. Dia dekat namun aku harus berani melepaskannya. 
 
Aku akan legowo lagi melepaskan sesuatu yang memikat hati walau hanya beberapa hari ini. Aku tahu mungkin kisah ini terlalu cepat. Memang. Aku hanya ingin mengatakan kapan pun dan bagaimana pun bahkan secepat atau selambat apapun, let go and let God. 
 
Seolah (pertanda) rejection (lagi). Mungkin ini re-direction yang akan membawaku entah kepada (si)apa. 


Hari-hari ini, 'no' apa yang mau alami yang seolah meruntuhkan dunia mu? Jeda sebentar. Berdiam. Dan terus pandang, mungkin bukan sebuah rejection. Namun re-direction yang akan membawamu pada apa yang lebih pantas untuk kualitasmu. 





PS. Sebuah tulisan di tengah hujan badai pada hari yang keempat belas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar